Peringati Mayday Lintas Daerah, Eks Pekerja Migran Pentas Puisi Online

Peringati Mayday Lintas Daerah, Eks Pekerja Migran Pentas Puisi Online

MAGELANGEKSPRES.COM,WONOSOBO – Pada momentum peringatan Hari Buruh se-Dunia atau Mayday tiap 1 Mei, para pekerja migran Indonesia, eks pekerja migran dan aktivis perlindungan pekerja migran di berbagai belahan dunia menyelenggarakan pentas pembacaan puisi, Jumat (1/5). Hal itu digelar sebagai bentuk solidaritas kepada para pejuang covid-19, terutama mereka yang ada di lini terdepan tenaga medis dan yang dinyatakan positif. Dua orang eks pekerja migran asal Wonosobo, Maria Bo Niok dan Nessa Kartika berpartisipasi dalam pementasan yang melibatkan belasan peserta di berbagai belahan dunia tersebut. \"Pentas Puisi Pekerja Migran yang digelar via aplikasi zoom ini mengangkat tema Pentas Puisi Pekerja Migran untuk menghidupkan kembali sastra serta menyemangati mereka yang berjuang memerangi wabah covid-19,\" ungkap Maria ketika dihubungi melalui aplikasi video call. Pementasan puisi online itu diikutinya dari kediamannya, Desa Lipursari, Leksono. Diungkapkan Maria, selain untuk menggalang dukungan publik pada upaya-upaya memerangi wabah covid-19, pentas tersebut juga dimaksudkan untuk mengingatkan pemerintah Indonesia agar tidak melupakan perlindungan terhadap pekerja migran Indonesia dari covid-19 dan dampak ekonominya. Baca Juga Rapid Test Satu Anggota DPRD Purworejo Positif, 10 Orang Dinyatakan Mendekati Positif “Pekerja Migran Indonesia, baik yang terjebak di luar negeri, yang sedang dalam proses pemulangan, yang gagal berangkat mau pun anggota keluarganya di desa adalah kelompok yang rentan menerima dampak buruk dari situasi saat ini. Pemerintah harus memberikan perhatian khusus,” ungkapnya. Di tengah situasi yang tidak pasti, Pentas Puisi dari para aktifis pekerja migran itu disebut Maria merupakan ajakan bagi seluruh pihak untuk membangkitkan kembali sastra pekerja migran. Hal itu juga sebuah ekspresi budaya pekerja migran, muncul karya-karya sastra pekerja migran dalam bentuk puisi, novel dan esai. “Beberapa waktu yang lalu muncul inisiatif literasi di kalangan pekerja migran. Kegiatan ini mendorong karya-karya baru lahir, bahkan beberapa diantaranya diterbitkan penerbit umum dan banyak dibaca khalayak ramai,” tutur penggiat UMKM dan penulis novel yang mantan pekerja migran di Hong Kong tersebut. Kegiatan Pentas Puisi itu merupakan inisiatif kolektif dari Pekerja Migran Indonesia di berbagai negara, eks-migran, aktivis, dan pegiat isu yang mencintai sastra dan ingin menghidupkan kembali sastra pekerja migran. Sejumlah nama disebut Maria turut dalam pementasan antara lain perwakilan dari Migrant CARE Wahyu Susilo, Fajar Santoadi yang masih bekerja di Malaysia, mantan Menaker Hanif Dakhiri, Dosen asal Indonesia yang mengajar di Monash University Australia, Yacinta, aktivis yang bermukim di Singapura, Noor Huda di Singapura, dan belasan lainnya. (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: